Anak di Mesir meninggal dunia akibat antibiotik palsu. (Foto ilustrasi: Getty Images/iStockphoto/AgFang) |
Beberapa anak di Mesir meninggal dunia akibat penggunaan antibiotik palsu. Akibat kasus tersebut, para ahli farmasi memperingatkan penggunaan ceftriaxone, yaitu antibiotik yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri.
Dikutip dari Middle East Monitor, pihak berwenang di Kota Kafr Ziyad telah menggerebek pabrik tanpa izin yang memproduksi antibiotik dan menambahkan nama merek pada kemasannya. Obat-obatan terlarang senilai 160 juta dolar atau sekitar 2,5 triliun rupiah itu disita dari apotek, gudang, dan pabrik dalam sebulan terakhir.
Salah satu anak yang meninggal adalah seorang bocah laki-laki berusia 2 tahun. Ia meninggal usai diberi suntikan antibiotik untuk menurunkan demam.
Antibiotik merupakan salah satu obat yang paling banyak dipalsukan. Pada bulan Juli lalu, sejumlah Unictam palsu ditemukan di beberapa provinsi di Mesir.
Akibatnya, satu pasien mengalami keguguran setelah mengkonsumsi obat palsu tersebut.
Pada tahun 2015, dilaporkan bahwa dari jumlah obat-obatan yang beredar di pasaran Mesir, sebanyak 30 persennya palsu. Banyak orang yang mengkritik ini terjadi akibat kurangnya undang-undang untuk mencegah praktik tersebut.
Di tahun 2017, otoritas Mesir mengumumkan bahwa mereka telah menemukan ribuan paket obat hepatitis C palsu.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Geger Anak di Mesir Meninggal gegara Obat Antibiotik Palsu"