Hagia Sophia

31 December 2023

WHO: Lebih dari 20 RS Kolaps di Gaza

Rumah Sakit Indonesia di Gaza utara Palestina (Foto: Al Jazeera)

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut lebih dari 20 rumah sakit 'kolaps' di Gaza alias tidak berfungsi lagi. Hanya tersisa 13 rumah sakit yang masih berfungsi sebagian, sementara dua RS berfungsi 'minimal'.

WHO mengerahkan bantuan khususnya di dua RS dengan fungsi minimal, termasuk Al Shifa, dan Al Amal.

Kedua rumah sakit tersebut juga difungsikan sebagai tempat penampungan bagi para pengungsi yang mencari keamanan. Di Rumah Sakit Al-Shifa, dilaporkan ada 50.000 orang yang mengungsi, sementara di Al-Amal ada 14.000 orang.

"Hari ini saya mengulangi seruan saya kepada komunitas internasional untuk mengambil langkah-langkah mendesak guna meringankan bahaya besar yang dihadapi penduduk Gaza dan membahayakan kemampuan pekerja kemanusiaan untuk membantu orang-orang yang mengalami luka parah, kelaparan akut, dan risiko penyakit yang parah," katanya Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, dikutip dari pernyataan resminya, Jumat (29/12/2023).

Di RS Al-Amal, tim WHO melihat dampak dari serangan baru-baru ini yang melumpuhkan menara radio rumah sakit dan merusak sistem pengiriman ambulans pusat di seluruh wilayah Khan Younis, berdampak pada lebih dari 1,5 juta orang.

Dari 9 ambulans yang pernah dimiliki rumah sakit, hanya 5 yang masih berfungsi.

Staf WHO melaporkan bahwa mereka merasa mustahil untuk berjalan di dalam rumah sakit tanpa melangkahi pasien dan mereka yang mencari perlindungan. Hanya ada sedikit toilet yang berfungsi dan tersedia di rumah sakit dan bangunan masyarakat di sekitarnya serta pusat pelatihan PRCS untuk orang-orang yang mengungsi di sana, staf dan pasien rumah sakit.

Saat transit di Gaza, staf WHO menyaksikan puluhan ribu orang yang melarikan diri dari serangan besar-besaran di Khan Younis dan Wilayah Tengah, dengan berjalan kaki, menaiki keledai, atau naik mobil. Tempat perlindungan sementara sedang dibangun di sepanjang jalan.

"WHO sangat khawatir bahwa perpindahan penduduk baru-baru ini akan semakin membebani fasilitas kesehatan di wilayah selatan, yang sudah kesulitan memenuhi kebutuhan masyarakat yang sangat besar," kata Dr Rik Peeperkorn, Perwakilan WHO di kantor WHO untuk Tepi Barat dan Gaza.

"Perpindahan massa yang dipaksakan ini juga akan menyebabkan kepadatan penduduk, peningkatan risiko penyakit menular, dan semakin sulitnya penyaluran bantuan kemanusiaan."

Kemampuan WHO untuk memasok obat-obatan, perlengkapan medis, dan bahan bakar ke rumah sakit semakin terhambat oleh kelaparan dan keputusasaan masyarakat dalam perjalanan menuju, dan di dalam, rumah sakit yang WHO jangkau.

"Keselamatan staf kami dan kelangsungan operasi bergantung pada lebih banyak makanan yang tiba di seluruh Gaza, dalam waktu dekat. Rekan-rekan saya juga terkena dampak langsung dan pribadi dari konflik ini, sama seperti semua orang di Gaza. Saya terus menerima berita menyedihkan tentang hilangnya anggota keluarga staf kami di Gaza," terang Tedros.



























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Kesaksian WHO soal Horornya Situasi di Gaza: 21 RS Kolaps, Warga Kelaparan Akut"