Hagia Sophia

29 December 2023

Pilihan Sulit Warga Gaza: Kehilangan Kaki atau Meninggal

Ilustrasi rumah sakit di Gaza (Foto: via REUTERS/EUROPEAN GAZA HOSPITAL)

Seorang warga Gaza, Shaimaa Nabahin, menghadapi pilihan yang amat sulit. Ia harus memilih antara kehilangan kaki kiri, atau berhadapan dengan risiko meninggal dunia.

Perempuan berusia 22 tahun itu dirawat di rumah sakit di Gaza selama sekitar satu minggu, setelah pergelangan kakinya patah sebagian akibat serangan udara Israel. Dokter mengatakan kepadanya bahwa dia mengalami keracunan darah.

Nabahin akhirnya memilih untuk memaksimalkan peluangnya untuk bertahan hidup, dan setuju untuk mengamputasi kakinya sebanyak 15 sentimeter di bawah lutut. Keputusan tersebut mengubah kehidupan mahasiswa ambisius tersebut.

"Seluruh hidup saya telah berubah," kata Nabahin, berbicara dari tempat tidurnya di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di pusat Kota Deir al-Balah, dikutip dari South China Morning Post.

"Jika saya ingin berjalan atau pergi ke mana pun, saya memerlukan bantuan," imbuhnya lagi.

Pada 13 November, serangan udara Israel menghantam rumah tetangga Nabahin di Bureij, di sebuah kamp pengungsi perkotaan di Gaza tengah. Akibat serangan itu, pergelangan kaki dan arteri di kakinya sebagian putus oleh potongan semen yang menghujam ke dalam rumahnya akibat ledakan.

Dia adalah satu-satunya anggota keluarganya yang terluka, sementara sejumlah tetangganya tewas. Nabahin kemudian segera dibawa ke Rumah Sakit Martir Al-Aqsa terdekat, dokter berhasil menjahit kakinya dan menghentikan pendarahan.

Nabahin mengatakan bahwa dia hanya mendapat sedikit perawatan atau perhatian dari para dokter. Tenaga medis kemudian kewalahan menangani semakin banyak orang yang terluka parah di tengah berkurangnya pasokan medis. Beberapa hari kemudian, kaki Nabahin pun berubah warna menjadi gelap.

"Mereka menemukan ada pecahan peluru yang meracuni darah saya," katanya.

Nabahin mau tak mau harus merelakan kakinya untuk diamputasi.

Sebelum perang, Nabahin telah memulai studinya di bidang hubungan internasional di Gaza dan berencana melakukan perjalanan ke Jerman untuk melanjutkan studinya. Namun kini mimpi tersebut terasa semakin sulit untuk digapainya.

Bahkan Nabahin mengatakan tujuannya saat ini adalah keluar dari Gaza.

"Menyelamatkan apa yang tersisa dari saya, dan memasang kaki palsu dan menjalani hidup saya secara normal," sambungnya lagi.

Nasib yang dialami Nabahin juga dirasakan oleh lebih dari 54.500 orang yang terluka akibat perang. Organisasi Kesehatan Dunia dan Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas mengatakan, amputasi telah menjadi hal biasa selama perang Israel-Hamas, yang kini memasuki minggu ke-12.

Rumah sakit di Deir al-Balah, akhir-akhir ini telah mengamputasi puluhan orang dalam berbagai tahap perawatan dan pemulihan.



























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Kisah Pilu Warga Gaza, Harus Pilih Antara Kehilangan Kaki atau Meninggal Dunia"