Hagia Sophia

07 May 2023

Beberapa Negara Besar Telah Mulai untuk Hidup Normal Seperti Sebelum Ada COVID-19

Foto: Getty Images/iStockphoto/D-Keine

Status kedaruratan global atau public health emergency international concern (PHEIC) COVID-19 resmi dicabut oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Keputusan ini diambil seiring dengan menurunnya tren kasus dan kematian secara signifikan di seluruh negara. Selama kurang lebih tiga tahun, ada 6,9 juta jiwa yang tewas akibat COVID-19.

Dalam pertemuan yang dibahas Kamis kemarin, rekomendasi PBB mendeklarasikan berakhirnya PHEIC yang merupakan tingkat kewaspadaan tertinggi. Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mempersilakan warga untuk kembali menjalani hidup normal seperti sebelum ada COVID-19.

"Tren ini telah memungkinkan sebagian besar negara untuk hidup kembali seperti yang kita ketahui sebelum COVID," kata Tedros.

Pencabutan status PHEIC ini juga sekaligus menjadi momen emosional bagi semua orang. Pimpinan teknis WHO untuk COVID-19 Maria Van Kerkhove mengenang masa-masa awal pandemi COVID-19 yang membuat banyak orang bahkan dokter kewalahan.

"Kita tidak bisa melupakan tumpukan api itu. Kita tidak bisa melupakan kuburan yang digali. Tak satu pun dari kita di sini yang akan melupakan mereka," kata Maria.

Tingkat kematian COVID-19 dilaporkan telah melewati puncaknya yaitu lebih 100 ribu orang per minggu pada Januari 2021. Kini, tingkat kematian COVID-19 menjadi lebih dari 3.500 orang dalam seminggu hingga 24 April 2023.

WHO menyebutkan penurunan ini terjadi berkat meluasnya vaksinasi, ketersediaan perawatan yang lebih baik, serta tingkat kekebalan populasi dari infeksi sebelumnya.

Mengakhiri keadaan darurat dapat berarti bahwa kolaborasi internasional atau upaya pendanaan juga diakhiri atau mengalihkan fokus, meskipun banyak yang sudah beradaptasi saat pandemi mereda di berbagai daerah.

"Pertempuran belum berakhir. Kami masih memiliki kelemahan dan kelemahan yang masih ada di sistem kami akan terpapar oleh virus ini atau virus lain. Dan itu perlu diperbaiki," kata direktur kedaruratan WHO Michael Ryan.

"Dalam banyak kasus, pandemi benar-benar berakhir saat pandemi berikutnya dimulai," lanjutnya.

Sejumlah Negara Mencabut Kedaruratan COVID

Per tanggal 11 Mei, AS akan berhenti mensubsidi vaksin dan tes COVID-19 untuk banyak orang serta mengalihkan tanggung jawabnya ke pasar komersial.

Pada April tahun lalu, Uni Eropa juga mengatakan fase darurat pandemi telah berakhir. Langkah serupa juga diambil oleh negara lain seperti Afrika.

Pencabutan PHEIC hanya berjarak empat bulan setelah China mengakhiri lockdown COVID yang berkepanjangan dan dipicu oleh lonjakan kasus. Keputusan tersebut menunjukkan penasihat WHO percaya bahwa virus corona yang lebih berbahaya tidak mungkin muncul dalam beberapa bulan mendatang. Meski demikian, kehadiran virus tersebut tetap tidak dapat diprediksi.

"Saya tidak akan ragu untuk mengadakan komite darurat lain jika COVID-19 sekali sekali lagi menempatkan dunia kita dalam bahaya," kata Tedros.

Prokes Melonggar

Di sejumlah negara, angka testing COVID-19 telah berkurang secara drastis. Selain itu, sebagian besar orang juga berhenti menggunakan masker.

Aturan wajib masker juga telah disetop di beberapa negara. Seiring dengan itu, WHO menerbitkan rencana minggu ini untuk memberi nasihat kepada negara-negara terkait cara hidup dengan COVID-19 pasca deklarasi tersebut.

COVID-19 akan terus menjadi ancaman kesehatan dunia dalam jangka panjang, termasuk long COVID. Menurut pakar penyakit menular, COVID-19 tidak boleh diremehkan.

"Ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan dan tampaknya akan tetap menjadi masalah di masa mendatang. masa depan," kata ahli epidemiologi Edinburgh University Mark Woolhouse.





























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "WHO: Sebagian Besar Negara Bisa Kembali Hidup 'Normal' Bak Sebelum Ada COVID-19"