Padatnya populasi India. (Foto: Pawan Sharma/AFP/Getty Images) |
Dikawinkan oleh orang tuanya pada usia 14 tahun, ibu tujuh anak India Jaimala Devi terus memiliki anak karena suaminya bersikeras dia hanya bisa berhenti setelah dia melahirkan dua anak laki-laki.
Cerita Devi umum terjadi di Bihar, negara bagian termiskin di India. India saat ini menjadi negara terpadat dengan jumlah penduduk mencapai 127 juta jiwa, setara dengan Meksiko.
Secara keseluruhan, angka kelahiran di India telah turun seiring dengan peningkatan ekonominya. Namun, kemiskinan dan bias yang mengakar bagi ahli waris laki-laki telah membuat Bihar menjadi mesin pertumbuhan populasi nasional.
"Memiliki tujuh anak dan mengatur semuanya sendiri benar-benar membuat saya gila," kata Devi, dikutip dari Channel News Asia, Jumat (5/5/2023).
"Saya pikir kami akan merasa nyaman dengan satu atau dua anak. Tapi kami punya anak perempuan dulu, dan karena itu kami punya tujuh," lanjutnya.
Devi tinggal bersama kelima putri dan dua putranya di sebuah gubuk satu kamar yang bobrok. Hiasan yang ada di tempat tinggal Devi hanya televisi kecil, kipas angin tua, dan beberapa poster dewa Hindu di dindingnya.
Bihar memiliki peluang langka untuk pekerjaan bergaji tinggi. Suami Devi, Subhash, pergi hampir sepanjang tahun, mengirimkan kembali penghasilannya yang sedikit sebagai buruh pabrik di ibu kota New Delhi.
Banyak ayah yang meninggalkan negara bagian untuk mencari pekerjaan di tempat lain seperti ibu kota. Mereka juga menganggap perjuangan untuk memberi makan anak-anak mereka sebagai pengorbanan yang layak untuk kesempatan hidup lebih baik di masa depan.
"Memiliki lebih banyak anak masih dianggap sebagai cara untuk mendapatkan lebih banyak anggota keluarga yang berpenghasilan," kata kepala organisasi non-profit Population Foundation of India (PFI), kepada AFP.
'Hormat dan Bangga'
Desakan banyak pria untuk memiliki anak laki-laki mencerminkan harapan budaya bahwa mereka akan mendukung orang tua mereka bahkan setelah menikah dan memiliki anak sendiri.
"Melahirkan anak laki-laki berarti penghormatan dan kebanggaan bagi keluarga dan ibu," kata Chandra.
Sebaliknya, anak perempuan biasanya dianggap memberatkan dan mahal karena tradisi mahar pernikahan yang dibayarkan oleh orang tua mempelai wanita.
Orang tua di rumah tangga yang lebih miskin seringkali berusaha melepaskan diri dari tanggung jawab anak perempuan dengan menikahkan mereka lebih awal, seperti yang terjadi pada pernikahan Devi saat remaja.
Hal ini terutama berlaku di Bihar, di mana angka perempuan yang putus sekolah hanya menyisakan 55 persen perempuan yang dapat membaca dan menulis. Survei Kesehatan Keluarga Nasional menyebut angkat tersebut merupakan tingkat melek huruf perempuan terendah di India.
Chandra mengatakan statistik 'luar biasa' ini mendukung angka kelahiran yang tinggi di negara bagian tersebut, membuat para ibu tidak memiliki akses ke pengetahuan tentang kontrasepsi atau edukasi terkait jumlah anggota keluarga mereka.
Situasi Bihar pernah terjadi di seluruh India, negara yang sebelumnya identik dengan kemiskinan yang parah. Namun, dalam beberapa dekade terakhir India telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang fenomenal.
Rata-rata wanita di India sekarang melahirkan hanya dua anak, turun dari puncak enam anak pada tahun 1960, seiring dengan perawatan kesehatan ibu yang lebih baik dan standar hidup yang meningkat.
Meski demikian, Bihar telah lama tertinggal secara ekonomi dan angka kelahirannya cukup tinggi dengan rata-rata seorang ibu memiliki tiga anak. Bihar mencerminkan beberapa tingkat kekurangan gizi (malnutrisi), kematian anak, pendidikan, dan akses perawatan medis terburuk di India.
Raj Kumar Sada (55), telah hidup lebih lama dari empat dari lima anaknya. Ia sering menasihati putra satu-satunya yang masih hidup untuk memiliki setidaknya empat anak sendiri.
Dengan begitu, ia menuturkan jika sesuatu terjadi pada satu atau dua dari mereka, dia masih memiliki seseorang yang tersisa.
"Anda akan menemukan orang dengan empat, lima, enam, tujuh atau delapan anak, dan itu sangat normal di sini," ujar Sada kepada AFP.
'Tantangan Besar'
Setiap bulannya, tenaga kesehatan pemerintah Indira Kumari merawat sekitar 400 wanita di pedesaan Bihar. Indira menyebut, banyak dari mereka yang tidak dapat memilih jumlah anak yang diinginkan.
"Bahkan jika seorang perempuan ingin menggunakan keluarga berencana (KB), mertua atau suaminya tidak mendukung pandangannya," kata Kumari kepada AFP.
Pemerintah negara bagian telah menawarkan insentif tunai bagi anak perempuan untuk menyelesaikan sekolah mereka dan mendistribusikan kondom gratis dalam upaya mendorong perempuan untuk memulai keluarga nanti dan memiliki lebih sedikit anak. Upaya ini dan lainnya telah membantu mengubah beberapa sikap orang tua di Bihar.
"Bahkan mengangkat topik itu merupakan tantangan besar" kata petugas program PFI Ritu Singh kepada AFP.
Salah satu wanita yang telah berubah perspektifnya adalah Poonam Devi (26), tidak ada hubungannya dengan Jaimala. Ia merupakan seorang buruh harian yang memilih ligasi tuba (tubektomi) setelah melahirkan anak keempatnya.
"Orang-orang kami mengatakan bahwa seorang wanita tidak berguna jika dia tidak bisa menghasilkan anak setelah menikah," katanya kepada AFP.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "India Jadi Negara dengan Populasi Terbanyak, Para Wanita Malah Terbebani"