![]() |
Pria di Jepang mengalami kematian paling menyakitkan. (Foto: Komunitas Muda Nuklir Nasional) |
Sejarah mencatat salah satu proses kematian paling menyakitkan yang pernah ada. Ini dialami oleh seorang pria di Jepang bernama Hisashi Ouchi pada tahun 1999.
Kejadiannya terjadi di Pembangkit Nuklir Tokaimura, Jepang. Pada saat kejadian, Ouchi bekerja di fasilitas konversi bersama dua rekannya, yaitu Masato Shinohara dan Yukata Yokokawa.
Mereka bertugas membuat batang bahan nuklir yang nantinya akan digunakan di lokasi lain. Ini adalah rutinitas biasa yang mereka sudah sering lakukan.
Dikutip dari LadBible, ada sesuatu yang salah ketika mereka sedang mencampur satu batch baru bahan bakar menggunakan uranyl nitrate di dalam tangki logam besar pada September 1999. Salah satu dari mereka memasukkan terlalu banyak bahan ke dalam tangki sehingga memicu reaksi nuklir, menimbulkan kilatan cahaya, dan menyelimuti Ouchi dengan radiasi lebih dari dua kali lipat dosis mematikan.
Pada saat itu, Ouchi mengalami kondisi yang mengerikan hingga akhirnya meninggal Desember 1999, setelah beberapa bulan dirawat.
Apa yang Dialami Ouchi?
Ouchi dikenal sebagai 'manusia radioaktif' karena diyakini menerima dosis radiasi kecelakaan tertinggi yang pernah tercatat sejarah. Berdiri tepat di sisi tangki, Ouchi disebut menyerap 17 ribu milisievert paparan radiasi.
Ouchi sempat dilarikan ke bangsal khusus radiasi tapi kondisinya semakin memburuk. Awalnya ia mengalami gejala mirip sengatan matahari, seperti mata merah dan wajah membengkak. Keesokan harinya jumlah sel darahnya anjlok, sistem imun hilang, dan tubuh mulai merasakan nyeri.
Perut Ouchi lalu membengkak dan dokter menemukan tubuhnya berhenti memproduksi sel baru karena DNA-nya hancur. Dengan begitu banyak radiasi yang mengalir dalam tubuhnya, kulit Ouchi mulai melepuh sampai akhirnya terlepas seperti meleleh.
Ia harus diberi makan lewat infus karena luka sangat parah. Selama perawatan, Ouchi sempat menjalani beberapa prosedur seperti cangkok kulit, transfusi darah, hingga transplantasi sel punca. Namun, tidak ada satupun prosedur yang bisa menyelamatkannya.
Selama kurang lebih 3 bulan di rumah sakit, ia mengalami tiga kali serangan jantung. Meski dokter sudah berjuang keras, Ouchi akhirnya meninggal karena kegagalan multi-organ.
Pemerintah Jepang akhirnya menyatakan pihak pengelola reaktor bersalah. Kematian Ouchi diakibatkan kurangnya pengawasan regulasi serta minimnya pelatihan keselamatan.
"Saya sudah memerintahkan Badan Sains dan Teknologi untuk melakukan inspeksi ketat. Para pekerja itu mencampur bahan dengan tangan mereka sendiri, menggunakan ember stainless steel atau semacamnya. Ini sungguh tidak masuk akal," kata Perdana Menteri Jepang Keizo Obuchi saat itu.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Pria Ini Alami Kematian Paling Menyakitkan di Dunia, Tubuhnya Meleleh karena Radiasi"