Foto: Getty Images/iStockphoto/ktsimage |
Pakar kesehatan Inggris memprediksi kemunculan disease X di masa mendatang lebih mematikan ketimbang COVID-19. Bahkan, angka kematian diyakini tujuh kali lebih tinggi dari kasus SARS-CoV-2.
"Pandemi flu pada tahun 1918-1919 menewaskan sedikitnya 50 juta orang di seluruh dunia, dua kali lebih banyak dari jumlah korban tewas dalam Perang Dunia I," beber Dame Kate dikutip dari Express, Senin (25/9/2023).
"Saat ini, kita memperkirakan jumlah kematian yang sama disebabkan oleh salah satu dari sekian banyak virus yang sudah ada. Saat ini, terdapat lebih banyak virus yang sibuk bereplikasi dan bermutasi dibandingkan gabungan semua bentuk kehidupan lain di planet kita," imbuhnya.
Meski tidak disebutkan perkiraan pasti kapan persisnya disease X muncul, sejumlah ahli meyakini akan ditemukan dalam waktu dekat, bahkan dalam 10 tahun ke depan. Hal ini juga sejalan dengan perkiraan pakar global health security Dicky Budiman.
Berkaca pada perjalanan di abad 21, kemunculan penyakit baru lebih sering dilaporkan setiap lima tahun sekali. Jauh berbeda dengan abad sebelumnya yakni kemunculan penyakit baru biasanya baru merebak dalam 50 tahun sekali.
"Setiap 5 tahun sekali ada penyakit baru, tahun 2000-an SARS, kemudian kita melihat kemunculan Ebola, kemunculan MERS, kita melihat kemunculan Zikka, dan tentu terakhir adalah COVID-19, ini adalah suatu pertanda dunia semakin rawan, lingkungan ekosistem bumi ini semakin tidak seimbang, tidak sehat, sehingga memudahkan kemunculan yang kita khawatirkan atau penyakit X itu," beber pakar epidemilogi Universitas Griffith Australia tersebut, saat dihubungi detikcom Senin (25/9/2023).
Kriteria disease X selain mematikan, memiliki kecepatan penularan sangat tinggi sehingga mudah menginfeksi manusia. Sama seperti COVID-19, dampaknya tidak hanya pada aspek kesehatan, tetapi juga terganggunya politik, ekonomi, hingga sosial.
"Kematiannya tinggi bisa puluhan ribu dikatakan di satu negara, termasuk di Indonesia, selain tentu belum ada obat yang sifatnya mencegah kematian ataupun yang bisa menyembuhkan, selain itu belum ada vaksin," sambungnya.
Dari Mana Munculnya Disease X?
Sumber disease X disebut Dicky lebih mungkin berasal dari zoonotic disease, artinya penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia. Bisa berupa bakteri, virus, maupun infeksi jamur.
Di awal penyebaran, disease X bisa saja tidak terdeteksi. Hal ini kemudian memudahkan penyakit terus menyebar dan lebih banyak menyerang masyarakat.
"Lokasi yang berpotensi besar menimbulkan penyakit-penyakit baru sebetulnya di kawasan alam liar, garis khatulistiwa, indochina, di India," sambungnya.
Namun, catatannya, negara yang berada di daerah khatulistiwa disebut Dicky memiliki tantangan dengan sistem surveilans yang lemah sehingga sulit dalam mendeteksi dini awal penyakit.
"Karenanya ketika disease X lahir tidak serta merta terdeteksi, umumnya terdeteksi di negara yang baik," sambung dia.
Selain bersifat alamiah, Dicky juga tidak menampik kemunculan disease X yang diakibatkan 'bocornya' virus dari laboratorium.
"Iya sebetulnya adanya kebocoran dari laboratorium penelitian, kebocoran ini keluar adalah misalnya dari virus atau bakteri, bahkan yang sangat infeksius, menular, dan mungkin hasil rekayasa hasil penelitian, akibat lain yang akhirnya menjadi masalah kesehatan itu potensinya ada saat ini apalagi misalnya, kurangnya security,
"Untuk itulah dunia harus aktif memperkuat sistem regulation," pesan dia.
Dunia disebut Dicky dihadapkan dengan krisis iklim yang semakin buruk, banyak kerusakan alam yang membuat kontak manusia dengan virus atau patogen menjadi lebih dekat, dibawa oleh hewan liar. Bak bom waktu, penyakit baru bisa muncul dalam waktu dekat, terlebih 75 persen penyakit baru yang mewabah berasal dari hewan.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Disease X Lagi 'OTW', Pakar Prediksi Bisa Jadi Muncul dari Wilayah Ini"