Jepang bakal buang air limbah Fukushima. (Foto: DW (News) |
Jepang bersiap membuang air limbah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi ke laut. Namun, dunia dibuat khawatir soal kemungkinan kontaminasi nuklir dalam limbah tersebut.
Misalnya, Kementerian Luar Negeri China. Pada Selasa (11/7/2023), pihaknya mengeluarkan tanggapan dari pernyataan kontroversial Direktur Jenderal International Atomic Energy Agency (IAEA) Rafael Mariano Grossi, yang mengklaim jika air limbah tersebut aman, bahkan meskipun diminum atau dipakai berenang.
"Jika seseorang percaya bahwa air limbah yang terkontaminasi Fukushima aman untuk diminum atau berenang, kami menyarankan agar Jepang memanfaatkan air yang terkontaminasi dengan baik untuk tujuan tersebut dan mengizinkan orang-orang tersebut untuk meminumnya atau berenang di dalamnya, daripada membuangnya ke laut dan menyebabkan kekhawatiran di kalangan masyarakat internasional," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin Wang, dikutip dari The Global Times, Sabtu (15/7/2023).
Dirinya menilai bahwa penilaian IAEA tergesa-gesa dan menunjukkan keberpihakan atas permasalahan kompleks pembuangan air limbah terkontaminasi nuklir ke laut.
"Kesimpulan terkait dengan keterbatasan dan keberpihakan gagal menjawab keprihatinan masyarakat internasional soal rencana Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi," kata Wang.
Wang mencatat bahwa pihak Jepang tidak dapat memperlakukan laporan lembaga tersebut sebagai 'carte blanche' untuk mengizinkan pembuangan air limbah Fukushima.
Wang menyebut IAEA tidak menilai keefektifan dan keandalan jangka panjang dari pengolahan air limbah yang terkontaminasi nuklir atau peralatan pemurniannya. IAEA juga disebutnya tidak dapat menjamin bahwa semua air yang terkontaminasi nuklir, akan diolah agar memenuhi standar aman selama 30 tahun ke depan.
"Dampak jangka panjang pembuangan air limbah yang terkontaminasi nuklir ke laut terhadap lingkungan laut dan keamanan pangan bukanlah sesuatu yang dapat dengan mudah disimpulkan oleh IAEA," kata Wang.
Pihak Jepang belum mengundang organisasi profesional seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk melakukan penilaian dari perspektif kesehatan, tetapi hanya mengundang IAEA untuk melakukan penilaian berdasarkan data sampel yang disediakan oleh Jepang dalam jumlah terbatas.
"Kesimpulan yang diambil oleh organisasi berdasarkan asumsi bahwa sistem pemurnian Jepang akan tetap efektif dan dapat diandalkan dalam jangka panjang, bahwa tidak akan ada kesalahan atau kesalahan dalam pengelolaan air buangan selama 30 tahun, tidak kredibel," klaim Wang.
Pembuangan disebut akan dilakukan 17 Juli, Senin besok. Namun, banyak lembaga masyarakat Jepang yang juga mengecam tindakan itu di tengah kekhawatiran dampak untuk lingkungan.
Masyarakat melakukan aksi penolakan termasuk dari kelompok nelayan lokal dan perwakilan asosiasi perikanan, pakar imunologi ikan dan genetika dan pemuliaan.
"Laut kampung halaman kita, laut Jepang, laut dunia tidak boleh lagi tercemar oleh radioaktivitas," bunyi poster saat demo.
"Tidak dapat diterima jika membuat para korban kecelakaan nuklir semakin menderita dan menyebarkan polusi laut," demikian tulisan dalam poster itu.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "China Geram Air Limbah Fukushima Disebut Aman: Silakan Diminum Warga Jepang"