 |
| Ilustrasi. (Foto: Getty Images/champja) |
Sejumlah negara di Asia melaporkan lonjakan kasus COVID-19. Di Thailand, misalnya, ada 65.880 kasus COVID-19 baru yang dilaporkan di periode 25-31 Mei.
Kelompok usia dengan jumlah infeksi tertinggi adalah usia 30-39 tahun (12.403 kasus), diikuti oleh usia 20-29 tahun (10.368 kasus) dan mereka yang berusia 60 tahun ke atas (9.590 kasus).
Beberapa negara Asia lain yang juga melaporkan kenaikan COVID-19 yakni Singapura, Hong Kong, India dan Malaysia.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Aji Muhawarman mengatakan meski kasus tinggi di negara tetangga, pemerintah dipastikannya belum memperketat mobilisasi warga jika ingin bepergian.
"Kita emang nggak ada travel banned. Sampai saat ini kebijakan tersebut belum ada, tapi pengawasan di pintu masuk tetap dilakukan," ujar Aji saat dihubungi detikcom, Selasa (3/6/2025).
Dari data yang dihimpun Kemenkes, sepanjang 2025 ada sekitar 2.160 spesimen yang diperiksa. Hasilnya, 72 kasus di antaranya positif COVID-19. Kenaikan kasus tercatat di Januari 2025 kemudian menurun mulai April. Angkanya perlahan naik di minggu ke-17 hingga minggu ke-19 dengan positivity rate 3,62 persen.
Melihat kasus COVID-19 yang naik di sejumlah negara tetangga, perlukah vaksinasi booster?
"Kalau divaksinasi lagi nggak perlu, nggak ada evidence based vaksinasi ulang itu bisa menangani, karena imunitas yang ada saat ini sudah cukup memadai," kata epidemiolog dari Universitas Indonesia Pandu Riono saat diwawancarai detikcom, Senin (2/6/2025).
Hal yang sama juga disampaikan Aji Muhawarman. Dia menyebut kasus COVID-19 di Indonesia cukup terkendali sehingga vaksin booster disarankan untuk kelompok lansia dan orang dengan komorbid saja.
"Ini kan bukan pandemi jadi kita tidak menyediakan vaksin banyak karena demandnya sedikit. Yang butuh itu misalnya yang punya komorbid atau lansia," beber Aji.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "COVID-19 Ngamuk Lagi di Asia, Kemenkes Belum Terapkan 'Travel Ban'"