 |
| Ilustrasi (Foto: Getty Images/iStockphoto/Professor25) |
Ethiopia, negara di Afrika Timur, pada Jumat mengonfirmasi wabah Marburg pertamanya setelah sembilan kasus teridentifikasi di wilayah selatan yang berbatasan dengan Sudan Selatan.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, memuji tindakan cepat pemerintah Ethiopia dan menyebut langkah tersebut menunjukkan komitmen untuk mengendalikan wabah secepat mungkin.
Sehari sebelumnya, pemerintah Ethiopia melaporkan bahwa mereka sedang menyelidiki kemungkinan wabah demam berdarah virus yang belum teridentifikasi. Africa Centres for Disease Control and Prevention (CDC), memuji keterbukaan Ethiopia dalam menangani situasi ini.
WHO mengirim tim teknis pada Kamis untuk membantu Ethiopia dalam proses pengujian dan respons wabah.
"WHO juga menyediakan berbagai perlengkapan penting, termasuk alat pelindung diri untuk tenaga kesehatan, peralatan pencegahan infeksi, serta tenda isolasi yang dapat dikerahkan dengan cepat guna memperkuat kapasitas perawatan dan penanganan," kata badan PBB tersebut dalam pernyataannya, dikutip dari Washington Post.
Wabah ini dilaporkan terjadi di wilayah Omo, bagian selatan Ethiopia yang berbatasan dengan Sudan Selatan. Direktur Jenderal Africa CDC, Jean Kaseya, menyatakan situasi tersebut mengkhawatirkan karena Sudan Selatan tidak jauh dan memiliki sistem kesehatan yang rapuh.
Tidak ada negara Afrika lain yang melaporkan kasus virus Marburg dalam beberapa pekan terakhir.
Seperti Ebola, virus Marburg berasal dari kelelawar pemakan buah dan dapat menular antar manusia melalui kontak dekat dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi atau dengan permukaan yang terkontaminasi, seperti seprai.
Gejalanya mencakup demam, nyeri otot, diare, muntah, dan dalam beberapa kasus dapat menyebabkan kematian akibat perdarahan hebat. Hingga saat ini belum ada vaksin atau pengobatan yang disetujui untuk virus Marburg.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Negara Ini Laporkan Wabah Pertama Virus Marburg, 9 Orang Terinfeksi"