 |
| Ilustrasi nyamum demam berdarah (Foto: thinkstock) |
Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) mencatat di tahun 2024 ada hampir 250 ribu kasus DBD atau dengue. Sementara, di awal tahun 2025 ini, Kemenkes telah mendata sekitar 10.752 kasus DBD.
Direktur Penyakit Menular Kemenkes dr Ina Agustina Isturini, MKM mengatakan masyarakat harus benar-benar memberikan perhatian khusus terhadap DBD. Pasalnya, di bulan Januari hingga Maret merupakan puncak DBD.
"Dengue ini memang trennya dari tahun ke tahun ya sejak 2016, biasanya pada akhir tahun mengalami kenaikan. Di bulan Maret-April mengalami penurunan, nanti Oktober, November, Desember naik lagi dan puncaknya Januari, Februari, Maret ini," kata dr Ina dalam konferensi pers, Kamis (20/2/2025).
Ina mengimbau kepada masyarakat untuk selalu sigap dalam menangani keluarga yang terkena DBD. Hal ini karena tingkat kematian dari penyakit ini terbilang tinggi jika telat diberikan penanganan.
"Pada tahun 2024 ini jumlah kumulatif kasus dengue di Indonesia sampai minggu ke 53 sudah hampir 250 ribu, sekitar 247 ribu dan kematiannya sudah 1.418 kematian," kata Ina.
"Tahun 2025, sampai 16 Februari ini kasus dengue sudah mencapai 10.752 dengan incident rate (IR) sekitar 3,79 per 100 ribu dan kematiannya 48 dengan CFR (case fatality rate) 0,8," sambungnya.
Penyebab kematian terjadi, lanjut Ina adalah kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap DBD, sehingga dianggap sebagai demam biasa. Pasien biasanya terlambat untuk mendapatkan penanganan yang tepat untuk dengue.
"Angka kematian banyak karena satu terlambat dibawa, bisa jadi karena pasien menganggap demam biasa. Bisa jadi petugas kesehatan juga yang tidak aware," kata Ina.
"Tidak aware-nya tidak periksa atau tidak dicurigai dengue, bisa juga tidak dipantau karena kelihatannya pasiennya sehat, akhirnya dipulangkan tetapi tidak dipantau," tutupnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Kemenkes Prediksi Puncak Kasus DBD Bakal Terjadi di Januari-Maret 2025"