 |
| Ilustrasi tanaman kratom (Foto: ThorPorre/wikimedia commons) |
Tanaman kratom yang tumbuh di sejumlah wilayah di Kalimantan disebut memiliki sejumlah khasiat yang baik untuk kesehatan. Kratom atau Mitragyna speciosa juga diekspor ke luar negeri karena permintaannya yang cukup tinggi.
Namun di Indonesia pemanfaatan kratom sebagai obat tradisional masih mengundang kontroversi. Tanaman ini disebut mengandung senyawa bernama mitragynine, senyawa yang memiliki efek serupa dengan opioid seperti morfin.
Direktur Registrasi Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik BPOM Dra Dwiana Andayani mengatakan kratom tidak diperbolehkan menjadi bahan baku obat tradisional atau suplemen karena masuk ke dalam negatif list. Kratom disebut memiliki efek ketagihan seperti narkotika sehingga ada potensi penyalahgunaan.
"Kratom ini satu bahan atau tumbuhan yang punya efek ketagihan seperti narkotika, oleh karena itu sebagai obat tradisional masih negatif list jadi belum memperbolehkan bahan ini sebagai obat," ujar Dwiana saat dihubungi detikcom, Kamis (2/11/2023).
Namun BPOM disebutnya sangat mendukung riset dan penelitian terkait kratom. Bukti ilmiah ini diperlukan untuk melihat khasiat tanaman tersebut sebagai obat.
"Saat ini yang melakukan itu yakni BRIN, dan baru di tahap awal. Ada beberapa wilayah yg ditumbuhi kratom, jadi diteliti variasi kandungannya, kandungannya apa saja karena bisa jadi beda-beda bahan aktifnya," jelasnya.
Sejauh ini BPOM melakukan sejumlah pengawasan di produksi dan peredaran untuk mengurangi potensi kratom disalahgunakan. Kandungan bahan aktif di kratom disebut dapat memberikan efek kecanduan jika dikonsumsi dalam dosis tinggi sehingga butuh bukti ilmiah terkait keamanan tanaman tersebut sebelum menjadi obat herbal.
"BPOM sangat mendukung untuk diperoleh bukti-bukti ilmiah, yang nggak boleh itu didaftarkan sebagai obat tradisional," tandasnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Kratom Mau Jadi Obat Herbal? BPOM Beberkan Peluangnya"