 |
| Indonesia mencatat 11 kasus meninggal akibat gigitan hewan penular rabies. (Foto ilustrasi: Getty Images/iStockphoto/Milan Krasula) |
Kementerian Kesehatan RI melaporkan, sepanjang 2023 hingga saat ini terdapat 31.113 kasus gigitan hewan penularan rabies (GHPR). Di antara kasus tersebut, sebanyak 11 pasien meninggal dunia.
Sebelumnya, pada 2022, Indonesia sempat mencatat lonjakan kasus rabies. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi menduga, kenaikan tersebut disebabkan kondisi pandemi COVID-19. Imbas pembatasan aktivitas, vaksinasi untuk hewan-hewan peliharaan pun ikut tertunda.
"Pada tahun 2019, 2020, dan 2021 itu kan jaman COVID-19. Itu semua berhenti, termasuk vaksinasi terhadap hewannya. Nah karena hewannya tidak tervaksinasi," jelasnya dalam konferensi pers virtual, Jumat (2/6/2023).
"Mungkin pada 2020 karena manusianya masih di rumah, dia tidak bersinggungan dengan hewannya sehingga masih tidak terlalu tinggi. Kemudian naik tahun 2021 dan puncaknya 2022. Kan sudah ada pelonggaran-pelonggaran, kemudian efektivitas vaksin yang disuntikkan ke hewan juga mulai menurun sehingga terjadi lonjakan luar biasa pada 2022," beber Imran lebih lanjut.
Paparan Imran menerangkan, rabies masih menjadi tantangan besar di Indonesia. Kasus GHPR rata-rata mencapai 81.373. Di samping itu, dalam tiga tahun terakhir, kematian tercatat rata-rata ada sebanyak 68 kasus.
Sebagian besar kasus kematian-kematian itu memang terlambat dibawa ke fasilitas kesehatan. Kebanyakan menyepelekan, seperti 'ah gigitannya kecil, tidak berdarah'," terangnya.
"Sehingga mereka yang datang kebanyakan kondisinya sudah cukup lama, di atas satu bulan setelah digigit. Otomatis kita nggak tahu hewan apa yang menggigit, dan rata-rata baru panik dan dibawa ke faskes setelah tahu hewan yang menggigitnya mati," pungkas Imran.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "RI Catat Lebih dari 31 Ribu Gigitan Hewan Penular Rabies di 2023, 11 Meninggal!"