 |
| Foto: Getty Images/iStockphoto/angelsimon |
Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Kementerian Pertanian Republik Indonesia Syamsul Ma'arif, MSi memastikan daging sapi yang terpapar antraks sama sekali tidak boleh dikonsumsi masyarakat. Pasalnya, penularan antraks bisa terjadi secara cepat, bahkan saat daging dibuka.
"Dilarang ketika ada hewan mati karena antraks, nggak boleh dibuka. Begitu dibuka, itu bakterinya langsung membuka spora yang bisa bertahan bertahun-tahun dengan suhu berapapun, nggak bisa dilakukan," pesan dia dalam konferensi pers Kamis (6/7/2023).
Karenanya, bakteri juga tidak dapat 'mati' meskipun sudah direbus dengan matang. Hal ini kerap menjadi kekeliruan yang beredar di masyarakat yakni memastikan daging antraks bersih dari bakteri hanya dengan merebusnya selama satu jam.
"Jangankan direbus, saat membuka saja sudah tak boleh," kata dia.
"Begitu dia dibuka, perubahan iklim atau suasana, atau lingkungan, itu sudah langsung membentuk spora yang menahan dirinya dengan perlakuan fisik maupun kimiawi, itu mereka tetap bisa bertahan," sambungnya.
Sebagai tambahan, manifestasi atau penularan kasus antraks bisa terjadi melalui tiga hal, kontak dengan kulit, pencernaan, dan udara. Kasus yang paling membahayakan adalah melalui hirupan spora.
"Spora itu begitu dihirup biasanya dalam waktu 24 jam, mati. Dalam waktu 24 jam sudah menyebabkan kematian. Beda kalau dengan konsumsi daging, itu masih bisa ada waktu kita melakukan penanganan pada manusianya, itu ada gejala dulu, perdarahan, dan lain sebagainya," terang dia.
Menurutnya, 95 persen kasus antraks pada manusia sejauh ini dilaporkan terjadi pada kontak fisik atau kulit.
"Dan itu bisa sampai ke otak, sehingga nanti dikatakan antraks yang memicu meningitis," pungkasnya.
Semakin cepat kasus ditangani, peluang kesembuhan lebih tinggi. Karenanya, ia mengimbau masyarakat segera melapor ke fasilitas kesehatan terdekat saat mengeluhkan gejala.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Benarkah Daging Antraks Aman Dikonsumsi Jika Direbus Sejam? Ini Faktanya"