 |
| Ilustrasi krisis populasi Jepang. (Foto: DetikHealth/Khadijah Nur Azizah) |
Pemerintah Jepang sudah meningkatkan anggaran dana untuk mengatasi persoalan penyusutan populasi imbas 'resesi seks'. Turunnya gairah pasangan untuk berhubungan seksual, menikah, dan memiliki anak mulanya dikaitkan dengan beban biaya hidup dan membesarkan anak di Negeri Sakura.
Namun, para ahli menilai langkah Jepang dalam meningkatkan anggaran sejauh ini tidak efektif meningkatkan tren penurunan populasi yang terus menyusut. Persoalan yang terjadi disebut lebih kompleks. Kementerian Tenaga Kerja bahkan memperkirakan jumlah warga negara asing di Jepang bakal meningkat.
Prediksinya, di 2070, nyaris 11 persen dari populasi Jepang adalah warga negara asing. Saat itu, populasi Jepang diestimasi sebanyak 87 juta.
Perkiraan lembaga tersebut didasarkan pada sensus nasional tahun 2020 dan memperhitungkan tiga faktor: kelahiran, kematian, dan migrasi lintas batas. Menurut perkiraan terbaru, populasi akan turun di bawah 100 juta pada tahun 2056, tiga tahun lebih lambat dari perkiraan sebelumnya.
Sebelum pandemi COVID-19, jumlah orang asing yang datang ke Jepang sebagai magang teknis dan mahasiswa melonjak. Jumlah mereka sekarang diperkirakan akan meningkat 164.000 per tahun hingga 2040, naik dari perkiraan sebelumnya sekitar 69.000.
Bukti Uang Bukan Solusi Krisis Populasi
The Nippon Foundation baru-baru ini mengungkap hasil survei pada 10 ribu wanita berusia antara 18 hingga 69 tahun. Mereka menemukan tak sepenuhnya wanita setuju jika persoalan keinginan tidak memiliki anak solusinya adalah uang.
Hanya ada 20,9 persen dari 10 ribu responden tersebut yang menyetujui opsi penanganan penyusutan populasi dengan uang, sementara 15,2 persen lain mengatakan kenaikan anggaran malah tidak realistis dengan situasi keuangan Jepang yang saat ini memburuk.
Kemudian, 36,3 persen responden menyebut tindakan atau aksi nyata lebih penting daripada hanya menggelontorkan kenaikan anggaran.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Prediksi Nasib Jepang di 2070 Pasca Digempur Krisis Populasi"