 |
| Foto: Kyodo News/AP Photo |
China mulai melarang semua impor makanan laut Jepang sejak negara Sakura membuang air limbah dari pembangkit listik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima ke lautan. Hal ini dikhawatirkan berpengaruh pada keamanan makanan.
Mereka menilai langkah Jepang tersebut terbilang 'egois'. Meski sempat dipastikan aman, China tetap mengutuk keras tindakan tersebut.
Kementerian Luar Negeri China menilai itu adalah tindakan yang tidak bertanggung jawab. Dalam sebuah pernyataan tindakan tersebut akan mendorong risiko ke seluruh dunia (dan) meneruskan penderitaan kepada generasi manusia di masa depan.
Otoritas bea cukai China akan menangguhkan impor produk akuatik yang berasal dari Jepang mulai 24 Agustus 2023, termasuk hewan akuatik yang dapat dimakan.
"Keputusan tersebut diambil untuk secara komprehensif mencegah risiko keamanan pangan dari kontaminasi radioaktif yang disebabkan oleh pembuangan air limbah nuklir dari Fukushima ke laut," kata Administrasi Umum Bea Cukai China.
"Hal ini juga akan melindungi kesehatan konsumen Tiongkok dan menjamin keamanan makanan impor," tambah otoritas tersebut.
China telah menangguhkan semua impor makanan dari 10 dari 47 prefektur di Jepang pada bulan Juli, dan Hong Kong juga mengikuti langkah yang sama.
Sementara Hong Kong berencana akan mulai memberlakukan penyetopan impor seafood Jepang di beberapa wilayah tertentu seperti dari Tokyo, Fukushima, Chiba, Tochigi, Ibaraki, Gunma, Miyagi, Niigata, Nagano, dan Saitama.
Hong Kong menyebut tidak ada jadwal tentang berapa lama larangan itu akan berlangsung dan keputusan akan bergantung pada data dan informasi dari Jepang setelah pelepasan tersebut.
Impor makanan laut dari 13 wilayah Jepang lainnya masih akan diizinkan mencakup produk air hidup, beku, didinginkan dan dikeringkan, garam laut, dan rumput laut.
Hong Kong merupakan pasar terbesar kedua bagi Jepang, setelah China, untuk ekspor pertanian dan perikanan.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "China Geram Jepang Buang Limbah PLTN Fukushima, Langsung Setop Impor Produk Laut"